Monkeypox adalah penyakit yang disebabkan virus monkeypox. Pada asalnya, penyakit ini adalah penyakit zoonosis, yang berarti ditularkan dari hewan ke manusia. Penyakit ini juga dapat menyebar dari manusia ke manusia.
Monkeypox dapat menyebabkan berbagai tanda dan gejala. Sementara beberapa orang memiliki gejala ringan, yang lain mungkin mengalami gejala yang lebih berat dan memerlukan perawatan di fasilitas kesehatan. Mereka yang berisiko lebih tinggi untuk penyakit yang lebih parah atau komplikasi termasuk orang-orang yang sedang hamil, anak-anak dan orang-orang dengan penyakit kekebalan tubuh.
Gejala monkeypox biasanya demam, sakit kepala hebat, nyeri otot, sakit punggung, lemas, pembengkakan kelenjar getah bening (di leher, ketiak atau selangkangan) dan ruam atau lesi kulit. Ruam biasanya dimulai dalam satu sampai tiga hari sejak demam. Ruam atau lesi pada kulit ini berkembang mulai dari bintik merah seperti cacar, lepuh berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, kemudian mengeras atau keropeng lalu rontok. Jumlah lesi pada satu orang dapat berkisar dari beberapa saja hingga ribuan. Ruam cenderung terkonsentrasi pada wajah, telapak tangan dan telapak kaki. Ruam juga dapat ditemukan di mulut, alat kelamin, dan mata. Ruam monkeypox terkadang disalahartikan sebagai sifilis atau herpes.
Gejala biasanya berlangsung antara 2-4 minggu dan biasanya sembuh sendiri. Namun pada beberapa individu, dapat menyebabkan komplikasi medis dan kematian. Orang dengan penyakit penurunan kekebalan tubuh kemungkinan berisiko mengalami gejala yang lebih serius. Pengobatan bersifat menghilangkan gejala dan suportif.
Siapa pun yang memiliki gejala monkeypox atau yang telah melakukan kontak dengan seseorang yang terinfeksi monkeypox harus menghubungi atau mengunjungi fasilitas layanan kesehatan dan meminta saran tenaga kesehatan.
Pada umumnya, gejala monkeypox hilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu. Namun, pada beberapa orang, infeksi dapat menyebabkan komplikasi medis dan bahkan kematian. Bayi baru lahir, anak-anak, dan orang dengan gangguan kekebalan tubuh berisiko mengalami gejala-gejala lebih serius dan kematian akibat monkeypox.
Komplikasi dari monkeypox termasuk infeksi kulit sekunder, pneumonia, gangguan kesadaran, dan masalah mata. Di masa lalu, antara 1% hingga 10% orang dengan monkeypox telah meninggal. Penting untuk dicatat bahwa tingkat kematian disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk akses terhadap layanan kesehatan.
Terkait wabah yang terjadi saat ini, sudah terdapat laporan kasus meninggal di Nigeria dan Republik Afrika Tengah.
Monkeypox menyebar dari orang ke orang melalui kontak erat dengan seseorang yang memiliki ruam monkeypox, termasuk melalui kontak tatap muka, kulit ke kulit, mulut ke mulut atau mulut ke kulit, termasuk kontak seksual. WHO masih mempelajari tentang berapa lama orang dengan monkeypox dapat menularkan. Untuk situasi saat ini, penderita dapat menularkan sampai sampai semua lesi mereka berkerak, keropeng telah jatuh dan lapisan kulit baru telah terbentuk di bawahnya.
Lingkungan dapat terkontaminasi virus monkeypox, misalnya ketika orang yang terinfeksi menyentuh pakaian, tempat tidur, handuk, benda, elektronik, dan permukaan. Orang lain yang menyentuh barang-barang ini kemudian dapat terinfeksi. Dimungkinkan juga untuk terinfeksi karena menghirup serpihan kulit atau virus dari pakaian, tempat tidur, atau handuk.
Bisul, lesi, atau luka di mulut dapat menular, artinya virus dapat menyebar melalui kontak langsung dengan mulut, percikan ludah/cairan hidung, dan mungkin melalui aerosol jarak pendek. Kemungkinan mekanisme penularan melalui udara untuk monkeypox belum dipahami dengan baik dan penelitian terus dilakukan.
Virus ini juga dapat menyebar dari ibu hamil ke janin melalui kontak dari kulit ke kulit saat melahirkan, atau dari orang tua dengan monkeypox ke bayi atau anak selama kontak erat.
Meskipun infeksi tanpa gejala telah dilaporkan, tidak jelas apakah orang tanpa gejala dapat menyebarkan penyakit atau apakah dapat menyebar melalui cairan tubuh lainnya. Potongan DNA dari virus monkeypox telah ditemukan dalam air mani, tetapi belum diketahui apakah infeksi dapat menyebar melalui air mani, cairan vagina, cairan ketuban, ASI atau darah. Penelitian sedang dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut tentang apakah orang dapat menyebarkan monkeypox melalui pertukaran cairan ini selama dan setelah infeksi.
Monkeypox dapat menular ke manusia melalui kontak fisik dengan hewan terinfeksi. Biasanya adalah hewan pengerat dan primata. Risiko tertular monkeypox dari hewan dapat diturunkan dengan meminimalisir/menghindari kontak dengan hewan liar, terutama hewan sakit atau mati – termasuk daging dan darahnya. Di negara-negara endemik, makanan yang berisi daging atau bagian tubuh hewan perlu dimasak hingga matang sebelum dimakan.
Sementara ini belum ada laporan penularan dari manusia ke hewan walaupun risiko penularan tetap ada. Orang yang terkonfirmasi atau suspek monkeypox harus menghindari kontak dekat dengan hewan, termasuk hewan peliharaan (seperti kucing, anjing, hamster, dll.), ternak, dan satwa liar. Orang dengan monkeypox harus sangat waspada di sekitar hewan yang diketahui rentan terhadap virus monkeypox, termasuk hewan pengerat dan primata non-manusia.
Yang paling berisiko adalah orang yang tinggal dengan atau memiliki riwayat kontak erat (termasuk kontak seksual) dengan seseorang yang terinfeksi monkeypox, atau yang memiliki kontak rutin dengan hewan yang dapat terinfeksi. Tenaga kesehatan juga memiliki risiko sehingga perlu untuk selalu menerapkan prosedur PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi)
Bayi baru lahir, anak-anak, dan orang dengan gangguan kekebalan tubuh berisiko mengalami gejala-gejala lebih serius dan kematian akibat monkeypox.
Orang yang pernah mendapatkan vaksin cacar kemungkinan memiliki perlindungan tertentu terhadap infeksi monkeypox. Namun, orang-orang muda mungkin belum mendapat vaksin cacar, karena vaksinasi tersebut di seluruh dunia dihentikan setelah cacar pada 1980 menjadi penyakit manusia pertama yang dieradikasi (dimusnahkan total). Meskipun orang-orang yang pernah menerima vaksin cacar memiliki tingkat perlindungan tertentu terhadap monkeypox, akan tetapi upaya pencegahan harus tetap diterapkan.
Lindungi diri anda dengan membatasi kontak dengan suspek atau sudah terkonfirmasi monkeypox atau dengan hewan yang berisiko menularkan. Bersihkan dan disinfeksi lingkungan yang bisa saja terkontaminasi secara teratur. Periksakan diri anda dan kontak erat anda jika anda mengalami gejala monkeypox. Isolasi dilakukan sampai seluruh ruam-ruam kulit kering, mengelupas dan terbentuk lapisan kulit baru dibawahnya. Isolasi bisa dilakukan secara mandiri ataupun di fasilitas layanan Kesehatan yang ditunjuk.
Jika Anda pernah melakukan kontak erat dengan orang yang mengalami monkeypox atau lingkungan yang mungkin telah terkontaminasi virus, pantau diri Anda dengan cermat untuk tanda dan gejala selama 21 hari sejak terakhir kali Anda terpapar. Batasi kontak erat dengan orang lain sebanyak yang Anda bisa.
Jika Anda merasa mengalami gejala monkeypox, hubungi fasilitas layanan kesehatan Anda untuk mendapatkan saran, pemeriksaan laboratorium, dan perawatan medis. Sampai Anda menerima hasil tes Anda, jika memungkinkan, lakukan isolasi mandiri. Bersihkan tangan Anda secara teratur.
Jika Anda dites positif monkeypox, penyedia fasilitas layanan kesehatan Anda akan memberi tahu Anda apakah Anda harus isolasi mandiri di rumah atau di fasilitas kesehatan, dan perawatan apa yang Anda butuhkan. Beri tahu kontak erat Anda bahwa Anda telah terkena monkeypox agar kontak erat Anda dapat dipantau dan diberikan intervensi medis yang sesuai.
Jika Anda terinfeksi monkeypox, petugas kesehatan dari fasilitas layanan kesehatan Anda akan memberi tahu apakah Anda harus dirawat di rumah sakit atau isolasi mandiri di rumah. Ini akan tergantung pada seberapa berat gejala Anda, apakah Anda memiliki faktor risiko yang membuat Anda berisiko mengalami gejala yang lebih berat, dan apakah Anda dapat meminimalkan risiko menginfeksi siapa pun yang tinggal bersama Anda.
Jika Anda disarankan untuk isolasi mandiri di rumah, sebaiknya jangan keluar. Lindungi orang lain yang tinggal bersama Anda sebanyak mungkin dengan:
Jika Anda tidak dapat menghindar dan berada di ruangan yang sama dengan orang lain atau melakukan kontak dekat dengan orang lain saat isolasi mandiri di rumah, maka lakukan yang terbaik untuk melindungi orang-orang disekitar anda dengan:
Jika Anda tidak dapat mencuci sendiri dan orang lain perlu melakukannya untuk Anda, mereka harus mengenakan masker medis, sarung tangan sekali pakai, dan melakukan tindakan pencegahan yang tercantum di atas.
Vaksin yang sebelumnya digunakan untuk penyakit smallpox, telah dilakukan pengembangan dan penilitian sehingga dapat digunakan untuk pencegahan monkeypox, namun ketersediaan global masih terbatas. Beberapa negara merekomendasikan vaksinasi untuk orang yang berisiko. Hanya orang yang berisiko (misalnya seseorang yang pernah kontak dekat dengan penderita monkeypox) yang harus dipertimbangkan untuk divaksinasi. Vaksinasi massal tidak dianjurkan saat ini.
Sampai saat ini pengobatan yang spesifik untuk monkeypox masih terbatas tahap pengembangan. Pengobatan lebih bersifat simptomatis dan suportif. Orang dengan monkeypox harus mengikuti saran dari fasilitas layanan kesehatan. Penyakit dapat sembuh dan gejala dapat hilang dengan sendirinya. Penting bagi siapa pun yang terinfeksi monkeypox untuk minum air secara cukup, makan dengan baik, dan cukup tidur. Orang yang mengisolasi diri harus menjaga kesehatan mentalnya dengan melakukan hal-hal yang mereka anggap santai dan menyenangkan, tetap terhubung dengan orang yang dicintai menggunakan teknologi, berolahraga jika mereka merasa cukup sehat dan meminta dukungan kesehatan mental dari fasyankes setempat jika diperlukan.
Orang dengan monkeypox harus menghindari menggaruk kulit mereka dan merawat ruam mereka dengan membersihkan tangan mereka sebelum dan sesudah menyentuh lesi dan menjaga kulit tetap kering dan terbuka (kecuali jika mereka mau tidak mau berada di ruangan dengan orang lain, dalam hal ini mereka harus menutupinya dengan pakaian atau perban sampai mereka dapat mengisolasi lagi). Ruam dapat dijaga kebersihannya dengan air steril atau antiseptik.
Banyak negara yang biasanya tidak ditemukan monkeypox, kemudian telah melaporkan kasus pada tahun 2022. Dalam wabah saat ini, WHO melihat sebagian besar (tetapi tidak semua) kasus di antaranya yaitu pria yang berhubungan seks dengan pria atau yang memiliki partner seks yang lebih dari satu.
Yang paling penting saat ini adalah kita meningkatkan kesadaran tentang monkeypox di antara orang-orang yang berisiko terinfeksi dan memberikan saran tentang cara membatasi penyebaran lebih lanjut. Penting juga bagi petugas kesehatan untuk dapat mengidentifikasi, mendiagnosis, dan merawat pasien.
Sangat penting bahwa tidak ada yang menstigmatisasi siapa pun yang terkena dampak peristiwa ini karena siapa pun bisa terkena monkeypox dan karena stigma dapat merusak upaya pengendalian.
Monkeypox tidak menular secara cepat seperti beberapa infeksi lain karena memerlukan kontak erat dengan seseorang yang terinfeksi monkeypox (misalnya, tatap muka, kulit ke kulit, mulut ke kulit atau mulut ke mulut), dengan lingkungan yang terkontaminasi atau dengan hewan yang terinfeksi. Sangat penting kerja sama seluruh pihak untuk menghentikan penyebaran dengan mengetahui risiko.
Risiko monkeypox tidak terbatas pada orang yang aktif secara seksual atau pria yang berhubungan seks dengan pria. Siapa pun yang memiliki kontak erat dengan seseorang yang terkonfirmasi monkeypox memiliki gejala berisiko. Data saat ini menunjukkan bahwa sebagian besar kasus merupakan kelompok laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki. Perlu upaya yang melibatkan kelompok tersebut untuk meningkatkan kewaspadaan dan mendukung upaya pengendalian.
Siapa pun yang memiliki gejala monkeypox harus segera mengunjungi fasilitas layanan kesehatan untuk dites dan mendapat perawatan medis.
Jika tidak diobati, HIV dapat melemahkan sistem kekebalan Anda. Ada beberapa bukti bahwa immunocompromised dapat meningkatkan risiko terinfeksi jika Anda terpapar, dan memiliki gejala yang lebih berat dan bahkan kematian karena monkeypox. Namun, lebih banyak data diperlukan untuk memahami hal ini sepenuhnya.
Orang dengan banyak pasangan seksual, termasuk orang yang hidup dengan HIV, perlu melakukan langkah-langkah untuk mengurangi risiko terinfeksi monkeypox dengan menghindari kontak erat dengan siapa pun yang bergejala.
Ini adalah pertanyaan yang saat ini coba dijawab oleh para pakar kesehatan. Saat ini, WHO belum tahu apakah kondisi COVID-19 atau pasca COVID-19 (long-COVID) membuat Anda lebih rentan terhadap monkeypox. Diperlukan lebih banyak penelitian pada pasien yang pernah terinfeksi virus penyebab COVID-19 atau kondisi long-COVID dan sekarang terinfeksi monkeypox.
Jika saat ini Anda terinfeksi COVID-19, ikuti petunjuk petugas kesehatan. Hindari kontak dengan orang lain untuk mencegah penularan virus, dan pantau gejala Anda untuk bisa mendapatkan perawatan yang tepat. Jika Anda merasa memiliki kondisi long-COVID, hubungi petugas kesehatan untuk mendapatkan dukungan yang Anda butuhkan.
Jika layanan masih terbatas, maka terapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) termasuk seks yang aman. Menerapkan upaya pencegahan bagi diri sendiri dan orang lain akan mengurangi jumlah kasus dan mengurangi beban layanan kesehatan sehingga dapat mengakhiri wabah.
Jika Anda memiliki gejala monkeypox, segera menghubungi fasilitas layanan kesehatan untuk mendapatkan saran dan perawatan. Mengingat monkeypox menular melalui kontak erat, maka informasikan kepada petugas kesehatan sebelum kunjungan, sehingga petugas dapat mempersiapkan alat pelindung diri (APD) yang sesuai.
Anak-anak dapat terkena monkeypox jika mereka memiliki kontak erat dengan seseorang yang terinfeksi monkeypox. Data saat ini menunjukkan bahwa anak-anak biasanya lebih rentan terhadap gejala yang berat dibandingkan remaja dan orang dewasa.
Ruam monkeypox dapat menyerupai penyakit umum lainnya pada masa kanak-kanak, seperti cacar air dan infeksi virus lainnya. Jika anak memiliki gejala monkeypox, konsultasikan ke fasilitas layanan kesehatan. Petugas kesehatan akan membantu untuk melakukan pemeriksaan dan perawatan.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk lebih memahami risiko monkeypox selama kehamilan, dan bagaimana virus dapat ditularkan ke janin saat dalam kandungan atau bayi baru lahir selama atau setelah lahir atau saat menyusui. Informasi yang tersedia menunjukkan bahwa penularan selama kehamilan dapat berbahaya bagi janin.
Jika Anda hamil, hindari kontak erat dengan siapa pun yang terinfeksi monkeypox. Jika Anda merasa telah terpapar atau bergejala, hubungi fasilitas layanan kesehatan.
Jika Anda telah terkonfirmasi atau suspek monkeypox dan Anda sedang menyusui, konsultasikan dengan fasilitas layanan kesehatan. Jika memungkinkan untuk terus menyusui dan melakukan kontak, maka petugas akan memberikan saran untuk mengurangi risiko penularan seperti menutupi luka dan mengenakan masker. Saat ini belum diketahui apakah virus monkeypox dapat menular dari orang tua ke anak melalui ASI.
Sebab, penyakit ini pertama kali diidentifikasi pada sekumpulan monyet yang dipelihara untuk tujuan penelitian pada 1958. Penyakit ini baru ditemukan pada manusia pada 1970.
Anda tidak boleh mendonorkan darah saat merasa tidak enak badan. Saat akan melakukan donor darah, petugas akan melakukan skrining ketat seperti menanyakan gejala yang dirasakan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi risiko terhadap penyakit menular.
Belum ada laporan penyebaran monkeypox melalui transfusi darah.
Cacar air disebabkan oleh virus varicella yang berbeda dengan virus monkeypox. Paparan cacar air di masa lalu tidak memberikan perlindungan terhadap monkeypox.
Pemahaman tentang berapa lama kekebalan berlangsung setelah infeksi monkeypox saat ini terbatas. WHO belum memiliki pemahaman yang jelas apakah infeksi monkeypox sebelumnya memberi Anda kekebalan terhadap infeksi di masa mendatang dan untuk berapa lama. Bahkan jika Anda pernah terinfeksi monkeypox di masa lalu, Anda harus melakukan semua yang Anda bisa untuk menghindari infeksi ulang.
Jika Anda pernah terinfeksi dan saat ini terdapat seseorang di rumah Anda yang terinfeksi, maka Anda diutamakan untuk merawatnya, karena mungkin lebih memiliki kekebalan dibandingkan dengan yang lain. Namun, Anda harus menerapkan tindakan pencegahan untuk menghindari terinfeksi.
Update: 27 Juli 2022. FAQ ini akan diupdate sesuai dengan perkembangan situasi.
KEMENTERIAN
KESEHATAN RI
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Direktorat Surveilans dan Kekarantinaan Kesehatan
Tim Kerja
Penyakit Infeksi Emerging
Gedung Adhyatma
Lantai 6
Jl. H.R. Rasuna Said Blok X.5 Kav. 4-9, Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12950
Berlangganan
Jangan Lewatkan Berita terbaru Media informasi penyakit infeksi emerging
Korespondensi :
infeksiemerging@kemkes.go.id